Pendidikan seringkali diidentikkan dengan sains, matematika, dan ilmu-ilmu eksak. Namun, sekolah-sekolah Katolik di Yogyakarta memegang keyakinan bahwa pendidikan yang utuh juga harus menyentuh jiwa dan rasa, dan salah satu jembatan terbaik untuk itu adalah melalui seni. Di sini, seni—baik itu seni rupa, musik, maupun drama—bukanlah sekadar mata pelajaran tambahan atau kegiatan pengisi waktu luang. Ia adalah kanvas dan harmoni, sebuah sarana vital bagi siswa untuk mengekspresikan diri, mengapresiasi keindahan, dan pada akhirnya, merayakan iman mereka.

Seni sebagai Cerminan Keindahan Ilahi

Dalam teologi Katolik, keindahan (via pulchritudinis) adalah salah satu jalan menuju Tuhan. Ciptaan alam semesta, harmoni dalam musik, keindahan dalam lukisan, semuanya dipandang sebagai jejak-jejak keindahan Sang Pencipta. Sekolah Katolik menanamkan perspektif ini kepada para siswanya. Melalui pendidikan seni, siswa diajak untuk tidak hanya menjadi terampil secara teknis, tetapi juga untuk memiliki kepekaan rasa dan kemampuan untuk melihat serta mengapresiasi keindahan dalam berbagai bentuknya.

Musik dan Paduan Suara: Harmoni yang Memuji Tuhan

Musik memiliki kekuatan luar biasa untuk menyentuh hati dan mengangkat jiwa. Di sekolah Katolik Yogyakarta, musik memegang peranan penting:

  • Paduan Suara dan Koor: Kegiatan ini tidak hanya melatih teknik vokal dan kemampuan membaca not balok, tetapi juga mengajarkan tentang harmoni, kerjasama, dan disiplin. Paduan suara sekolah seringkali menjadi tulang punggung dalam setiap perayaan liturgi (Misa sekolah), memperindah ibadah dan membantu seluruh komunitas untuk berdoa melalui lagu.
  • Ansambel Musik (Angklung/Gamelan): Pengenalan alat musik tradisional seperti angklung atau gamelan menjadi cara indah untuk merajut iman dengan budaya lokal. Siswa belajar bahwa iman dapat diekspresikan melalui berbagai medium budaya.
  • Band Rohani: Bagi siswa yang meminati musik modern, band rohani menjadi wadah untuk menyalurkan bakat sambil menyanyikan lagu-lagu pujian dengan aransemen yang relevan dengan dunia mereka.

Seni Rupa: Menuangkan Iman dalam Goresan dan Bentuk

Melalui pelajaran seni rupa atau ekstrakurikuler melukis, menggambar, dan membuat kerajinan tangan, siswa diberikan kebebasan untuk berekspresi secara visual. Seringkali, tema-tema yang diangkat berkaitan dengan kisah-kisah Kitab Suci, figur orang kudus, atau nilai-nilai Kristiani. Sebuah lukisan tentang “Anak yang Hilang” atau sebuah diorama gua Natal hasil karya siswa menjadi wujud konkret dari refleksi iman mereka. Proses kreatif ini membantu siswa untuk menginternalisasi cerita dan nilai-nilai iman secara lebih personal dan mendalam.

Drama dan Teater: Menghidupkan Kisah dan Nilai

Drama adalah sarana yang sangat efektif untuk pembelajaran karakter dan empati. Melalui seni peran, siswa belajar untuk “masuk” ke dalam karakter lain, memahami perasaan dan sudut pandang mereka. Sekolah Katolik seringkali memanfaatkan drama untuk:

  • Visualisasi Kisah Sengsara Yesus (Tablo): Menjelang Paskah, pementasan tablo menjadi sebuah tradisi yang kuat, sebuah katekese hidup yang sangat menyentuh bagi para pemain maupun penonton.
  • Pementasan Kisah-kisah Inspiratif: Mementaskan drama tentang kehidupan para santo/santa atau cerita-cerita yang mengandung pesan moral yang kuat, menjadi cara yang menghibur sekaligus mendidik.
  • Membangun Kepercayaan Diri: Seni peran melatih keberanian, kemampuan berbicara di depan umum, dan kerja sama tim.

Penutup

Pendidikan seni di sekolah Katolik Yogyakarta melampaui sekadar pengembangan bakat. Ia adalah sebuah undangan bagi setiap siswa untuk menemukan dan mengekspresikan sisi terdalam dari diri mereka, untuk mengapresiasi keindahan ciptaan, dan untuk menemukan cara-cara baru yang kreatif dalam menghayati dan mewartakan iman mereka. Melalui kanvas dan harmoni, kuas dan nada, gerak dan kata, siswa belajar bahwa iman bisa dirayakan dengan penuh warna, sukacita, dan keindahan.

Kontak

Cerita Kasih 

Oleh Yayasan DuaBelas Cahaya Kasih

No HP: 081904104102

Email: admin@ceritakasih.net

Web: CeritaKasih.net