Sebagai orang tua, saya yakin kita semua pernah berada di persimpangan jalan yang sama: saatnya memilih sekolah pertama untuk buah hati. Bagi saya dan suami, memilih sekolah untuk putra kami, sebut saja namanya “Leo”, adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan pertimbangan, diskusi panjang, dan doa. Di tengah riuhnya pilihan sekolah modern di Yogyakarta, kami tidak hanya mencari tempat yang akan membuatnya pintar, tetapi sebuah tempat di mana hatinya juga ikut dididik. Inilah catatan kecil dari hati kami, mengapa pada akhirnya kami dengan mantap memilih sekolah Katolik.

Pencarian Awal: Di Balik Angka dan Peringkat

Awalnya, kami seperti orang tua pada umumnya. Kami membandingkan brosur, melihat fasilitas, dan mencari tahu reputasi akademis. Semua sekolah menawarkan keunggulan. Ada yang menjanjikan kecakapan teknologi, yang lain menjamin prestasi di berbagai olimpiade. Namun, semakin dalam kami merenung, semakin kami sadar bahwa ada yang lebih kami cari. Kami mendambakan sebuah lingkungan yang nilai-nilainya selaras dengan apa yang kami ajarkan di rumah: nilai tentang kasih, kejujuran, rasa hormat, dan iman. Kami mencari sekolah yang tidak hanya akan mengisi kepala anak kami dengan ilmu, tetapi juga mengisi hatinya dengan kebaikan. Pencarian inilah yang menuntun kami untuk melihat lebih dekat sekolah-sekolah Katolik.

Apa yang Kami Temukan: Lebih dari yang Tertera di Brosur

Saat kami mulai mengunjungi beberapa sekolah Katolik di Yogyakarta, kami menemukan sesuatu yang berbeda—sesuatu yang tidak bisa dijelaskan sepenuhnya oleh foto atau daftar prestasi. Kami menemukannya dalam hal-hal berikut:

  • Para Guru yang Benar-Benar “Mendidik”: Hal pertama yang menyentuh kami adalah cara para guru berinteraksi. Mereka tidak hanya mengenal nama Leo, tetapi juga karakternya. Saat kami berbicara dengan wali kelasnya, beliau tidak hanya membahas kemampuan Leo dalam berhitung, tetapi juga tentang bagaimana Leo mulai berani berbagi bekal dengan temannya. Kami melihat sosok pendidik yang memiliki panggilan jiwa, yang memberikan perhatian personal dan pendampingan pastoral yang tulus.
  • Komunitas yang Terasa seperti Keluarga: Kami merasakan atmosfer kekeluargaan yang hangat. Ada kemitraan yang erat antara sekolah dan orang tua. Kami tidak dianggap sebagai “pelanggan”, melainkan sebagai mitra dalam mendidik. Melalui pertemuan orang tua dan kegiatan sekolah, kami merasa menjadi bagian dari sebuah komunitas besar yang memiliki tujuan sama.
  • Pelajaran yang Tak Ada di Buku Teks: Inilah bagian paling berharga. Kami melihat Leo pulang ke rumah dan bercerita tentang bagaimana ia dan teman-temannya mengumpulkan sumbangan untuk korban bencana. Kami melihatnya belajar tentang sportivitas saat timnya kalah dalam pertandingan olahraga. Ia belajar tentang tanggung jawab saat piket kelas, dan belajar tentang pengampunan saat berselisih dengan teman. Ini adalah “kurikulum tak tertulis” tentang integritas, welas asih, dan ketangguhan yang kami yakini sangat penting.
  • Iman yang Dihidupi, Bukan Sekadar Dihapal: Kami melihat iman Katolik tidak hanya diajarkan sebagai teori. Leo pulang dengan lagu-lagu pujian baru, ia mulai berdoa sebelum makan dengan lebih khusyuk, dan ia bisa menceritakan kembali kisah Kitab Suci dengan antusias. Iman menjadi sesuatu yang hidup dan relevan dalam kesehariannya, dibentuk melalui doa pagi bersama, Misa sekolah, dan teladan dari para guru.

Melihat Anak Kami Bertumbuh

Kini, setelah beberapa waktu berjalan, kami melihat perubahan nyata pada Leo. Ia tumbuh menjadi anak yang percaya diri, tetapi tetap rendah hati. Ia semakin cerdas dalam pelajaran, tetapi yang lebih membahagiakan kami, hatinya pun semakin “kaya”. Ia lebih peduli pada teman, lebih berani mengakui kesalahan, dan memiliki pemahaman sederhana namun mendalam tentang benar dan salah. Ia belajar dengan ceria, dalam lingkungan yang membuatnya merasa aman dan dikasihi.

Sebuah Pilihan Hati

Pada akhirnya, bagi kami, memilih sekolah Katolik adalah sebuah pilihan hati. Sebuah pilihan yang didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan terbaik adalah yang menyeimbangkan antara kepala dan hati, antara kecerdasan dan nurani. Ini adalah investasi jangka panjang, bukan hanya untuk karirnya di masa depan, tetapi untuk kehidupannya sebagai seorang manusia yang utuh.

Bagi Anda, para orang tua, yang mungkin sedang berada dalam perjalanan pencarian yang sama, kami hanya bisa berbagi pengalaman ini. Lihatlah lebih dalam, rasakan atmosfernya, dan bicaralah dengan para pendidiknya. Semoga Anda juga menemukan tempat terbaik di mana putra-putri Anda dapat bertumbuh, tidak hanya dalam ilmu, tetapi juga dalam iman dan kasih.

Kontak

Cerita Kasih 

Oleh Yayasan DuaBelas Cahaya Kasih

No HP: 081904104102

Email: admin@ceritakasih.net

Web: CeritaKasih.net