Di era di mana layar gawai telah menjadi jendela utama menuju dunia, kemampuan untuk bernavigasi di ranah digital bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan. Namun, kecakapan digital semata tidaklah cukup. Dunia maya yang tanpa batas juga menuntut adanya kompas moral yang kuat. Menyadari tantangan ganda ini, sekolah-sekolah Katolik di Yogyakarta mengambil peran proaktif: tidak hanya mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran, tetapi juga secara sungguh-sungguh membimbing siswa untuk menjadi warga digital yang cakap, cerdas, dan beretika luhur.

Integrasi Teknologi untuk Pembelajaran yang Modern

Sekolah Katolik di Yogyakarta memahami bahwa untuk mempersiapkan siswa menghadapi masa depan, mereka harus akrab dengan perangkat teknologi. Oleh karena itu, banyak sekolah telah mengadopsi berbagai inovasi digital dalam proses belajar-mengajar. Pemanfaatan smart board di kelas, penggunaan tablet atau laptop untuk riset dan mengerjakan tugas, akses ke platform e-learning, hingga laboratorium komputer yang memadai, semuanya bertujuan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih dinamis, interaktif, dan relevan dengan zaman. Siswa diajarkan untuk melihat teknologi bukan sebagai hiburan semata, tetapi sebagai alat yang ampuh untuk belajar, berkolaborasi, dan berkreasi.

Membentuk Warga Digital yang Bertanggung Jawab

Di sinilah letak keunggulan khas pendidikan Katolik. Di samping mengajarkan “cara menggunakan” teknologi, sekolah juga menekankan “cara menjadi” manusia yang baik di dunia digital. Pembimbingan ini mencakup beberapa aspek krusial:

  1. Etika Komunikasi Online: Siswa dibimbing untuk berkomunikasi secara sopan, penuh hormat, dan konstruktif di media sosial atau platform digital lainnya. Mereka diajarkan tentang bahaya perundungan siber (cyberbullying), pentingnya berempati, serta tanggung jawab atas setiap kata yang mereka tulis dan bagikan.
  2. Literasi Informasi dan Anti-Hoaks: Di tengah banjir informasi, kemampuan untuk berpikir kritis menjadi sangat vital. Siswa dilatih untuk dapat membedakan antara sumber berita yang kredibel dan disinformasi (hoaks), memeriksa fakta sebelum berbagi, dan tidak mudah terprovokasi oleh konten negatif.
  3. Keamanan dan Privasi Digital: Sekolah memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga informasi pribadi, mengatur pengaturan privasi, serta mewaspadai berbagai modus penipuan atau bahaya online. Siswa diajarkan untuk melindungi jejak digital mereka sendiri dan menghargai privasi orang lain.
  4. Keseimbangan Hidup di Dunia Digital (Digital Well-being): Sekolah juga menaruh perhatian pada dampak teknologi terhadap kesehatan mental. Siswa diajak untuk merefleksikan dan mengelola waktu layar (screen time) mereka, membangun hubungan sosial yang sehat di dunia nyata, dan menggunakan teknologi secara seimbang agar tidak menimbulkan kecanduan atau kecemasan.

Perspektif Iman dalam Dunia Digital

Pendidikan Katolik memberikan sebuah lensa iman untuk memandang dunia digital. Siswa diajak untuk melihat internet dan media sosial sebagai “benua digital” yang juga perlu diinjili dengan kabar baik. Mereka didorong untuk menggunakan teknologi sebagai sarana untuk menyebarkan nilai-nilai positif, mencari kebenaran, membangun komunitas yang saling mendukung, dan menjadi saksi kasih di ruang virtual.

Penutup

Sekolah Katolik di Yogyakarta bertekad untuk mempersiapkan siswanya secara utuh untuk kehidupan di abad ke-21. Ini berarti mencetak generasi yang tidak hanya cakap mengoperasikan teknologi terkini, tetapi juga memiliki hati nurani dan etika luhur untuk menggunakannya secara bijaksana dan bertanggung jawab. Dengan fondasi kompetensi digital dan karakter Kristiani yang kuat, lulusan sekolah Katolik diharapkan siap menjadi pemimpin dan kontributor positif, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Kontak

Cerita Kasih 

Oleh Yayasan DuaBelas Cahaya Kasih

No HP: 081904104102

Email: admin@ceritakasih.net

Web: CeritaKasih.net