Bagi seorang anak, melangkah dari dunia Taman Kanak-kanak (TK) yang penuh permainan ke lingkungan Sekolah Dasar (SD) yang lebih terstruktur adalah sebuah lompatan besar. Momen transisi ini bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan, namun tak jarang juga menimbulkan kecemasan. Sekolah-sekolah Katolik di Yogyakarta memahami betul betapa krusialnya fase ini dan telah merancang sebuah “jembatan” yang kokoh agar setiap anak dapat melintasinya dengan mulus, percaya diri, dan penuh sukacita.

Persiapan yang Dimulai Sejak di TK Transisi yang mulus tidak terjadi secara tiba-tiba. Persiapannya sudah dimulai sejak anak berada di tingkat akhir TK (Kelompok B). Di sini, sekolah Katolik tidak hanya fokus pada kesiapan akademis (calistung), tetapi juga pada kesiapan sosial-emosional. Anak-anak mulai dibiasakan dengan:

  • Rutinitas yang Lebih Terstruktur: Perlahan diperkenalkan pada kegiatan yang membutuhkan fokus lebih lama.
  • Tanggung Jawab Kecil: Seperti merapikan alat tulis sendiri atau menyelesaikan sebuah tugas sederhana secara mandiri.
  • Kemampuan Bersosialisasi: Didorong untuk berkomunikasi dengan teman dan guru, serta belajar menyelesaikan masalah sederhana dalam kelompok.

Metode “Jembatan” antara TK dan SD Untuk menghubungkan dunia bermain dan dunia belajar, sekolah Katolik seringkali menerapkan metode “jembatan” yang efektif:

  1. Kunjungan ke Kampus SD: Siswa TK Kelompok B diajak untuk mengunjungi lokasi SD. Mereka bisa melihat ruang kelas, perpustakaan, dan lapangan bermain. Pengenalan lingkungan ini mengurangi rasa asing dan takut saat mereka benar-benar masuk SD.
  2. Sesi Belajar Bersama Kakak Kelas: Diadakan kegiatan di mana siswa kelas 1 SD datang ke kelas TK untuk membacakan cerita atau bermain bersama. Ini membangun hubungan positif dan membuat siswa TK merasa lebih nyaman.
  3. Pengenalan Guru SD: Beberapa guru SD akan diperkenalkan atau bahkan sesekali masuk ke kelas TK untuk menyapa dan berinteraksi, sehingga wajah mereka tidak lagi asing di tahun ajaran baru.
  4. Pembelajaran yang Bertahap: Saat memasuki kelas 1 SD, metode pembelajaran di awal-awal semester masih sering menyisipkan unsur permainan, lagu, dan gerak, tidak langsung beralih ke metode yang kaku.

Kolaborasi Erat Guru TK dan SD Di sekolah Katolik yang memiliki jenjang TK dan SD dalam satu naungan, terjadi komunikasi dan kolaborasi yang erat antara para guru. Guru TK akan memberikan catatan perkembangan dan karakteristik setiap anak kepada calon guru kelas 1 SD. Informasi berharga ini memungkinkan guru SD untuk memahami kebutuhan unik setiap muridnya sejak hari pertama dan memberikan pendekatan yang paling sesuai.

Dampak Positif bagi Anak Dengan proses transisi yang dirancang dengan penuh kasih dan perhatian ini, anak-anak akan merasakan dampak positif yang signifikan. Mereka cenderung:

  • Lebih Cepat Beradaptasi: Mereka tidak kaget dengan lingkungan dan tuntutan baru.
  • Lebih Percaya Diri: Mereka memasuki SD dengan perasaan familiar dan aman.
  • Memiliki Awal yang Positif: Pengalaman pertama yang menyenangkan di SD akan membangun persepsi positif terhadap sekolah dan proses belajar untuk tahun-tahun mendatang.

Penutup Transisi dari TK ke SD adalah momen fundamental dalam perjalanan pendidikan seorang anak. Sekolah Katolik di Yogyakarta menaruh perhatian besar pada fase ini, memastikan setiap anak tidak merasa “terlempar” ke lingkungan baru, melainkan merasa “dituntun” menaiki anak tangga berikutnya dengan lembut dan penuh dukungan. Inilah wujud nyata dari pendidikan yang peduli pada setiap tahap perkembangan anak.

Kontak

Cerita Kasih 

Oleh Yayasan DuaBelas Cahaya Kasih

No HP: 081904104102

Email: admin@ceritakasih.net

Web: CeritaKasih.net