Sikap terbuka dan inklusif yang ditunjukkan oleh banyak sekolah Katolik terhadap siswa dari berbagai latar belakang agama bukanlah sebuah strategi modern semata. Ia berakar kuat pada ajaran Gereja Katolik yang paling mendasar: ajaran tentang kasih yang universal dan panggilan untuk berdialog dengan semua orang dalam semangat persaudaraan. Memahami landasan teologis ini membantu kita melihat bahwa pendidikan multikultural adalah wujud otentik dari identitas Katolik itu sendiri.

Kasih sebagai Perintah Utama Inti dari seluruh ajaran Yesus Kristus adalah perintah untuk mengasihi Tuhan dan “mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri” (Markus 12:31). Dalam berbagai perumpamaan-Nya, seperti kisah Orang Samaria yang Baik Hati, Yesus mengajarkan bahwa “sesama” kita adalah siapa saja yang membutuhkan pertolongan, tanpa memandang suku atau agama. Perintah kasih inilah yang menjadi fondasi utama mengapa sekolah Katolik terpanggil untuk merangkul dan mengasihi setiap siswa sebagai pribadi yang berharga, apapun keyakinan mereka.

Semangat Konsili Vatikan II: Pintu Dialog yang Terbuka Sebuah tonggak sejarah penting yang membentuk sikap Gereja Katolik terhadap dunia modern dan agama lain adalah Konsili Vatikan II (1962-1965). Melalui dokumen-dokumen penting seperti:

  • Nostra Aetate (Pernyataan tentang Hubungan Gereja dengan Agama-agama Bukan Kristen): Dokumen ini secara eksplisit menyatakan bahwa Gereja Katolik tidak menolak apa pun yang benar dan suci dalam agama-agama lain. Gereja memandang dengan hormat cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah, serta ajaran-ajaran yang, meskipun dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakininya, seringkali memantulkan sinar Kebenaran yang menerangi semua orang.

  • Gaudium et Spes (Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini): Dokumen ini menekankan pentingnya Gereja untuk berdialog dengan dunia dan bekerja sama dengan semua orang yang berkehendak baik untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan damai.

Semangat keterbukaan dan dialog inilah yang diadopsi oleh sekolah-sekolah Katolik dalam misi pendidikan mereka.

Bagaimana Ajaran Ini Diterjemahkan di Sekolah? Landasan teologis yang agung ini diterjemahkan menjadi praktik-praktik nyata di sekolah:

  • Setiap siswa, apapun agamanya, diperlakukan dengan hormat dan kasih yang sama.

  • Sekolah menjadi tempat yang aman untuk belajar tentang keyakinan lain secara objektif dan penuh penghargaan, bukan untuk mencari-cari perbedaan, melainkan untuk membangun jembatan pemahaman.

  • Nilai-nilai universal seperti keadilan, perdamaian, kejujuran, dan kepedulian sosial diajarkan sebagai titik temu yang dapat diperjuangkan bersama oleh semua siswa.

Misi Kenabian Sekolah Katolik Dengan menjadi ruang perjumpaan dan dialog yang tulus antariman, sekolah Katolik menjalankan sebuah misi kenabian. Di tengah dunia yang terkadang terpecah oleh sentimen keagamaan, sekolah Katolik menunjukkan sebuah model masyarakat alternatif—sebuah komunitas di mana orang-orang dari keyakinan yang berbeda dapat belajar, bekerja, dan bertumbuh bersama dalam damai dan persaudaraan.

Penutup Sikap inklusif dan penghargaan terhadap keberagaman di sekolah Katolik bukanlah sebuah bentuk kompromi terhadap iman. Sebaliknya, ia adalah perwujudan paling mendalam dari ajaran kasih Kristus yang merangkul semua orang. Dengan menggali kekayaan ajarannya sendiri, sekolah Katolik menemukan alasan teologis yang kokoh untuk terus menjadi rumah yang nyaman dan ruang pertumbuhan bagi siswa dari semua latar belakang kepercayaan.

Kontak

Cerita Kasih 

Oleh Yayasan DuaBelas Cahaya Kasih

No HP: 081904104102

Email: admin@ceritakasih.net

Web: CeritaKasih.net