Harapan terbesar seorang ibu, saya rasa, bukanlah melihat anaknya menjadi yang paling pintar atau paling populer. Harapan terbesar saya untuk “Anna”, putri kecil saya, adalah melihatnya tumbuh menjadi anak yang baik hati, yang tahu mana yang benar dan salah, yang peduli pada sesama. Itulah mengapa, saat memilih sekolah, saya tidak hanya mencari kurikulum terbaik, tetapi juga “tanah” yang paling subur untuk menumbuhkan karakternya. Dan di sebuah sekolah Katolik di Yogyakarta, saya menemukan jawaban atas doa-doa saya.
Dari “Aku” menjadi “Kita”
Sebelum bersekolah, Anna adalah anak yang manis, namun seperti anak-anak pada umumnya, dunianya masih berpusat pada dirinya. Mainan adalah “milikku”, dan berbagi adalah konsep yang sulit. Beberapa bulan setelah ia bersekolah, sebuah perubahan kecil namun sangat berarti terjadi. Suatu hari, ia pulang dan bercerita, “Ibu, tadi aku bagi bekalku sama teman, soalnya bekalnya ketinggalan.” Hati saya menghangat. Sekolah tidak hanya mengajarinya alfabet, tetapi juga alfabet kasih: empati. Saya tahu, pelajaran tentang solidaritas dan kepedulian dari para guru telah berbuah dalam hatinya.
Kejujuran Kecil yang Membanggakan
Suatu sore, saya menemukan ada kelebihan uang kembalian di saku seragamnya setelah membeli sesuatu di koperasi sekolah. Sebelum saya sempat bertanya, Anna datang dengan wajah sedikit cemas, “Ibu, tadi uang kembaliannya lebih, besok harus aku kembalikan ke Ibu Koperasi ya.” Di momen itu, saya lebih bangga daripada saat ia mendapatkan nilai 100. Sekolahnya telah menanamkan benih kejujuran. Mereka telah mengajarkan bahwa integritas dimulai dari hal-hal kecil, dan anak saya memahaminya.
Ketangguhan dan Doa Sederhana
Anna pernah sangat kecewa karena gagal memenangkan lomba mewarnai. Ia pulang dengan wajah muram. Saya melihat wali kelasnya mengirim pesan singkat, bukan hanya melaporkan, tetapi memberikan semangat. “Tidak apa-apa, Bu, yang penting Anna sudah berani mencoba dan berusaha maksimal. Tadi di kelas kami sudah berdoa bersama, bersyukur untuk pengalaman hari ini.” Malamnya, saya mendengar Anna berdoa, “Tuhan, terima kasih hari ini sudah boleh ikut lomba. Besok aku mau coba lagi lebih baik.” Sekolahnya tidak hanya mengajarinya cara memegang krayon, tetapi juga cara memegang harapan dan bangkit dari kekecewaan.
Penutup: Lebih dari Sekadar Sekolah
Melihat anakku bertumbuh di lingkungan sekolah Katolik Yogyakarta ini adalah sebuah anugerah. Setiap hari, saya tidak hanya menanyakan, “Tadi belajar apa di sekolah?”, tetapi juga “Kebaikan apa yang kamu lakukan hari ini?”. Saya bersyukur telah menemukan sekolah yang menjadi mitra sejati dalam membentuk hatinya. Prestasi akademis itu penting, tetapi melihat anakku tumbuh menjadi pribadi yang welas asih, jujur, dan tangguh adalah harta karun yang tak ternilai. Sekolah ini bukan hanya mendidik otaknya, tetapi merawat jiwanya.
Cerita Kasih
Oleh Yayasan DuaBelas Cahaya Kasih
No HP: 081904104102
Email: admin@ceritakasih.net
Web: CeritaKasih.net