Pendidikan karakter adalah jantung dari pendidikan Katolik. Namun di Yogyakarta, proses pembentukan karakter ini memiliki keunikan yang istimewa. Sekolah-sekolah Katolik di sini tidak hanya menanamkan nilai-nilai universal Gereja, tetapi juga secara bijaksana mensinergikannya dengan nilai-nilai luhur budaya Jawa yang telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Perpaduan antara tepo seliro dengan kasih persaudaraan inilah yang melahirkan pribadi-pribadi berkarakter yang utuh, relevan, dan bijaksana.

Ketika Kearifan Lokal dan Ajaran Iman Saling Memperkaya Sekolah Katolik di Yogyakarta melihat bahwa banyak nilai luhur Jawa yang sejatinya berjalan selaras dengan ajaran iman Kristiani. Sinergi ini menjadi fondasi yang kokoh dalam kurikulum karakter:

  • Tepo Seliro (Tenggang Rasa) dan Kasihilah Sesamamu: Tepo seliro adalah kemampuan untuk merasakan dan menempatkan diri pada posisi orang lain sebelum bertindak atau berbicara. Nilai ini adalah perwujudan praktis dari perintah Yesus yang paling utama: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Di sekolah, siswa belajar untuk tidak menyakiti perasaan teman, menghargai perbedaan pendapat, dan berempati terhadap kesulitan orang lain.
  • Gotong Royong (Kerja Sama) dan Solidaritas Kristiani: Semangat gotong royong yang menekankan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama sangat sejalan dengan konsep solidaritas dalam ajaran sosial Gereja. Siswa belajar bahwa keberhasilan kelompok lebih utama daripada prestasi individu, diwujudkan dalam kerja kelompok, kegiatan bakti sosial, dan kepanitiaan bersama.
  • Andhap Asor (Rendah Hati) dan Kerendahan Hati Kristiani: Budaya Jawa sangat menghargai sikap andhap asor atau rendah hati dan tidak sombong. Nilai ini bertemu dengan ajaran Yesus tentang pentingnya menjadi yang terakhir dan melayani. Siswa dididik untuk berprestasi tanpa menjadi angkuh dan menghargai setiap orang tanpa memandang status.
  • Narimo ing Pandum (Menerima dengan Ikhlas) dan Rasa Syukur: Nilai ini mengajarkan tentang keikhlasan dan penerimaan atas apa yang dianugerahkan. Dalam perspektif iman, ini diterjemahkan sebagai rasa syukur yang mendalam atas setiap berkat dan cobaan dari Tuhan, membentuk pribadi yang tidak mudah mengeluh dan selalu bersukacita.

Implementasi dalam Kehidupan Sekolah Sinergi nilai-nilai ini tidak hanya diajarkan sebagai teori. Ia dihidupi melalui budaya sekolah. Cara guru berkomunikasi dengan siswa, cara siswa berinteraksi satu sama lain, hingga cara menyelesaikan masalah, semuanya diwarnai oleh perpaduan nilai-nilai luhur ini. Hasilnya adalah sebuah lingkungan pendidikan yang sarat dengan rasa hormat, kepedulian, dan keharmonisan.

Penutup Kurikulum karakter di sekolah Katolik Yogyakarta memiliki kekayaan yang luar biasa karena mampu merajut dua tradisi kearifan yang agung. Dengan memadukan nilai-nilai luhur Jawa seperti tepo seliro dengan ajaran kasih Kristiani, sekolah tidak hanya mencetak siswa yang cerdas, tetapi juga siswa yang bijaksana, berempati, dan memiliki kepekaan sosial budaya yang tinggi. Inilah wujud nyata dari iman yang mengakar dan budaya yang mencerahkan.

Kontak

Cerita Kasih 

Oleh Yayasan DuaBelas Cahaya Kasih

No HP: 081904104102

Email: admin@ceritakasih.net

Web: CeritaKasih.net